Pembelajaran Berpusat pada Murid
Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Konsep pemikiran "menuntun segala kodrat" yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara tersebut memperkuat antitesa terhadap teori tabularasa bahwa anak bukanlah terlahir bagai kertas kosong, namun anak lahir dengan segala karakteristik dan keunikan masing-masing. Sehingga untuk menuntun segala kodrat agar anak menjadi mandiri, mampu beradaptasi bahkan bersaing dalam perubahan seperti apapun seorang guru harus 'menghamba' pada anak. Seorang pendidik diibaratkan sebagai petani, sebelum menyemai benih haruslah menyiapkan persemaian yang subur, memastikan benih tersebut ditanam ditempat yang tepat dengan memperhatikan benih tanaman, kesesuaian dengan iklim, kondisi tanah, barulah ia semai benih tersebut. Setelah itu dirawat dengan tepat hingga akhirnya bisa dipanen maksimal.
Segala perlakuan terhadap benih tersebut telah dipastikan berdampak pada kesuburan dan hasil panen yang maksimal. Perlakuan yang tepat dan efektif pastilah membawa dampak positif. Begitu jugalah pastinya dalam usaha menuntut kodrat anak sebagai seorang pendidik. Keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya tersebut dapat dicapai melalui pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid.
Kegiatan Akhir Semester yang biasanya digunakan untuk lomba antar kelas (classmeeting) di SMAN 1 Sampung, merupakan waktu yang strategis untuk melakukan aksi nyata pengelolaan program yang berdampak pada murid. Rancangan program aksi nyata yang telah disusun sebelumnya sangat realistis untuk diterapkan. Jeda waktu 2 pekan setelah ujian semester genap dengan pembagian rapor bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan program pelatihan doubletrack yang saat ini terkendala karena waktu untuk pelatihan dilaksanakan pada saat hari libur, tentu saja hal tersebut mengurangi motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan tersebut. Rancangan aksi nyata pengelolaan program yang berdampak pada murid tersebut dilakukan dalam waktu 3 pekan, 1 pekan persiapan dan 2 pekan pelaksanaan. Aksi nyata dengan judul "Gelar Karya Pelatihan Doubletrack" ini melibatkan seluruh unsur yang berada di sekolahan. Tujuan utama dari program ini ialah memaksimalkan pelatihan doubletrack di sekolah yaitu bidang keterampilan tata busana dan tata boga. Kegiatan ini dilaksanakan mulai 14 - 29 Juni 2022. Siswa-siswi yang terlibat dalam kegiatan ini adalah kelas XI baik yang tergabung dalam kelompok keterampilan tata boga, tata busana dan juga yang tidak mengikuti keduanya.
(Fact)
Kegiatan ini dimulai dari ide gagasan pelaksanaan kegiatan akhir semester sebagai program rutin pengurus OSIS. Suara, pilihan dan kepemilikan murid dalam kegiatan ini sudah nampak dari awal perencanaan kegiatan (satu pekan sebelum pelaksanaan). Hasil yang didapat melalui kegiatan ini adalah produk pelatihan doubletrack dari setiap bidang. Pada bidang tata busana, tampak keaktifan peserta mengikuti rangkaian pelatihan. Ruang tata busana selalu ramai dipenuhi dengan ragam aktifitas siswa, ada yang belajar memotong bahan, menjahit, membuat pola dan ada juga yang mengemas. Begitu juga di ruang tata boga, ragam aktifitas murid dari membuat dan membentuk adonan, memasukkan ke dalam oven, membersihkan peralatan hingga mendokumentasikan produk. Ragam kue yang mereka buat, setiap hari mereka membuat kue yang berbeda, seperti bolen pisang coklat, kue ulang tahun, roll batik kukus, roti kukus roti sosis, nastar, cake tape, cake keju dan sarang semut. Suara, pilihan dan kepemilikan siswa benar-benar dapat terpenuhi melalui pengelolaan program ini. Pameran karya siswa menjadi penutup dari rangkaian pelatihan ini. Pada tanggal 29 Juni 2022 saat penerimaan rapor, siswa memamerkan hasil karya dan dijual kepada para pengunjung, yaitu orang tua/wali murid, bapak/ibu guru dan karyawan serta teman-teman mereka yang lainnya.
(Feeling, Fending, Future)
Saat murid memiliki agency, maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Konsep tersebut saya temukan disaat melakukan aksi nyata ini. Sehingga perasaan saya sangat senang, kegiatan akhir semester di sekolah tampak hidup, komunitas siswa bergerak berkarya sesuai bidang masing-masing. Kebenaran konsep yang saya pelajari dapat saya buktikan melalui perencanaan pengelolaan program hingga implementasi aksi nyata dalam rancangan program tersebut. Ketika suatu program dikelola dengan baik dengan berbasis pada kekuatan yang dimiliki oleh sekolah, memperhatikan kebutuhan anak maka anak akan benar-benar merasa memiliki kegiatan tersebut sehingga mereka akan melakukannya dengan penuh tanggung jawab. Pengelolaan program yang berdampak pada murid seperti dalam aksi nyata yang dilaksanakan pada kegiatan akhir semester ini akan menjadi lebih berdampak apabila dilanjutkan pada kegiatan-kegiatan yang lain. Kolaborasi antar pihak, baik dengan guru/karyawan perlu ditingkatkan, jika pada awal rencana kita berharap murid merasa memiliki kegiatan ini, maka diperlukan upaya juga bahwa pengelolaan program yang berdampak pada murid ini juga dimiliki seluruh elemen yang ada di sekolahan. Sehingga peran setiap unsur akan menjadi lebih maksimal. Terlebih dengan berbagai proyek dalam implementasi kurikulum merdeka, proyek penguatan profil pelajar pancasila.
Konsep pengelolaan program yang berdampak pada murid adalah wujud dari keberpihakan seorang guru kepada murid. Oleh karena itu, upaya untuk mengenali karakteristik setiap murid tersebut merupakan langkah awal untuk menuntun mereka dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Jenis kegiatan yang baik adalah kegiatan yang benar-benar berdampak pada murid, kegiatan itu dibutuhkan murid untuk mengembangkan potensinya. Sehingga perencanaannya harus memperhatikan karakteristik, sumber daya/aset yang dimiliki oleh sekolah dan tantangan masa kini serta masa depan. Ketika suara, pilihan dan kepemilikan seorang murid terhadap suatu kegiatan telah terpenuhi maka kemandirian akan terbentuk sehingga rasa tanggung jawab akan menjadi modal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
0 komentar:
Posting Komentar