Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan di dalam masyarakat. Kurikulum merdeka yang dijiwai oleh filosofis Ki Hajar Dewantara, memandang pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sehingga dapat dimaknai bahwa melalui pendidikan tidak sekedar melahirkan generasi yang cerdas, namun juga membangun peradaban manusia yang handal.
Sekolah sebagai tempat pendidikan formal adalah kesatuan dari berbagai aset, suatu komunitas untuk mewujudkan itu semuanya. Sekolah sebagai lembaga formal penyelenggara pendidikan, dimaknai sebuah ekosistem yang didalamnya terdapat interaksi antara berbagai aset, baik itu aset hidup maupun yang tidak hidup. Kelangsungan interaksi yang perlu untuk dijaga, dimaksimalkan dan bahkan diperbesar kemanfaatannya untuk mencapai tujuan pendidikan. Setiap aset yang dimiliki tersebut merupakan sumber daya yang memiliki peran sangat penting di dalam mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Cara pandang seorang guru penggerak di dalam melakukan perannya sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya sangat berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan yang ditetapkan.
Terdapat dua cara pandang seorang pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya, yaitu Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking). Pendekatan yang akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Sedangkan yang kedua adalah Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking), pendekatan yang mengarahkan seorang pemimpin pembelajaran berdasarkan kekuatan aset yang dimiliki. Melalui pendekatan berbasis aset tersebut,, seorang pemimpin pembelajaran akan mengajak komunitasnya untuk fokus pada apa yang bekerja dan yang menjadi inspirasi, serta menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Selain itu, pendekatan berbasis aset ini adalah pendekatan untuk menuju perubahan ke arah positif yang melibatkan pihak-pihak di luar komunitas.
Lalu bagaimana hal tersebut bisa diimplementasikan?
Kunci utama untuk menerapkan pendekatan berbasis aset adalah kepiawaian dalam mengidentifikasi aset/modal yang dimiliki oleh komunitas. Dalam hal ini pemimpin pembelajaran dapat mengelompokkan aset yang dimiliki ke dalam 7 modal, diantaranya: modal manusia, sosial, fisik, lingkungan/alam, finansial, politik, serta modal agama dan budaya. Berpedoman pada 7 modal tersebut, pemimpin pembelajaran akan dapat melakukan identifikasi dengan rasional, peran setiap aset tersebut juga mudah untuk dipetakan. Bukan hanya aset yang ada di dalam komunitas, namun juga sesuatu yang berada di luar komunitas yang memiliki dampak jika dilibatkan dalam mencapai tujuan pendidikan. Sebagai contoh misalnya, pada modal agama dan budaya, masyarakat merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai kebajikan baik yang dilandasi oleh nilai agama maupun budaya. Masyarakat adalah unsur yang berada di luar sekolah, namun begitu nilai kebajikan yang dimiliki oleh setiap murid dan dikembangkan di sekolah, akan mampu menciptakan keharmonisan di dalam masyarakat, begitu juga sebaliknya.
Ilustrasi Pemahaman |
Pemimpin pembelajaran yang menerapkan pengelolaan sumber daya berbasis aset, adalah pemimpin pembelajaran yang mampu memandang masa depan dengan optimisme dan berbagai inovasi dengan memanfaatkan kekuatan aset yang dimiliki. Pengelolaan sumber daya yang tepat adalah pengelolaan sumber daya yang diawali dengan kemampuan untuk mengidentifikasi aset yang dimiliki, memetakan kebermanfaatannya dan menjaga setiap aset dapat berinteraksi secara dinamis serta berkembang. Harmonisasi pemanfaatan sumber daya ini tentunya didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai. Setiap peran aset dapat dinilai dan diukur sehingga semuanya berjalan dengan efektif. Sehingga pada akhirnya pengelolaan sumber daya dengan tepat akan mampu mencapai tujuan yang telah ditentukan. Apabila seorang murid mendapatkan layanan sesuai dengan kebutuhan, memperoleh strategi pembelajaran sesuai dengan minat, mendapatkan pengajaran sesuai fase perkembangan, tercukupi kebutuhan sosial emosional maka kualitas pembelajaran mampu ditingkatkan sehingga murid akan merasa nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran.
Materi pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya sangat berkaitan dengan materi-materi pada modul yang sudah dipelajari. Pada modul pemikiran Ki Hajar Dewantara misalnya, pemimpin dalam mengelola sumber daya sangat dipengaruhi oleh "patrap triloka" (ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani). Sekolah adalah komunitas dianggap sebagai ekosistem yang didalamnya terdapat unsur hidup dan tak hidup, keduanya saling berinteraksi. Pada interaksi inilah seorang pemimpin pembelajaran memiliki kewajiban memberikan teladan, memotivasi dan memberikan dorongan agar setiap aset bisa menunjukkan kebermanfaatannya untuk mencapai tujuan. Begitu juga dengan materi peran dan nilai guru penggerak, materi pengelolaan sumber daya ini adalah aktifitas rinci yang memuat bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya, yang dimulai dari perubahan paradigma. Cara pandang berpusat pada kekuatan aset, ini memperkuat pemahaman dalam membangun dan mengembangkan komunitas melalui penerapan Inquiry Apresiatif, diaman dalam konsep inquiry apresiatif juga fokus pada kekuatan, potensi dan hal positif lainnya yang dapat bekerja dengan baik melalui langkah-langkah BAGJA.
Materi pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya memberikan pengetahuan baru dalam pengelolaan sumber daya. Pengembangan komunitas melalui pengelolaan sumber daya berbasis aset merupakan pilihan yang tepat. Fokus pada kekuatan setiap aset yang dimiliki akan mengajak pemimpin pembelajaran untuk berfikir jauh ke depan dengan berbagai gagasan dan inovasi. Sebaliknya apabila seorang pemimpin pembelajaran berfokus pada kekurangan, kesalahan maka ia akan larut dalam mencari apa yang tidak bekerja sehingga ia melupakan berbagai kekuatan aset yang dimiliki, tentu saja hal ini akan menghambat tercapainya tujuan. Pemahaman itulah yang pada akhirnya mengajak kita untuk merubah paradigma dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.
0 komentar:
Posting Komentar