Setiap murid hadir di sekolah dengan berbagai karakteristik dan potensi yang beragam dan unik. Keragaman yang terbentuk adalah hasil dari interaksi dan cara belajar dari orang tua, lingkungan dan budaya yang berbeda-beda. Kondisi tersebutlah yang mendorong seorang guru memberikan pembelajaran dengan cara ataupun strategi berbeda untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap muridnya. Proses pembelajaran yang mampu mengakomodir kebutuhan murid secara masuk akal inilah yang diharapkan membawa hasil yang berbeda dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang menyamaratakan kondisi murid.
Melalui pembelajaran berdiferensiasi akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas yang efektif. Untuk mewujudkan hal tersebut, ada tiga langkah yang harus dilakukan oleh guru. Langkah pertama yaitu melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan tiga aspek (kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid (bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dll). Kedua dengan merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar). Langkah berikutnya, mengevaluasi dan merefleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.
Pemetaan kebutuhan dan karakteristik murid merupakan titik awal keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi. Sehingga pada fase awal ini guru harus mampu mengidentifikasi karakteristik murid (kesiapan, minat dan profil). Atas dasar data inilah strategi pembelajaran yang masuk akal akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Dalam usaha identifikasi tersebut, selain dengan usaha sendiri, guru juga dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak di sekolah maupun orang tua siswa di rumah. Salah satu pihak di sekolah yang sering melakukan kegiatan instrumentasi adalah guru BK. Sehingga guru BK bisa dijadikan partner utama dalam mempersiapkan pembelajaran berdiferensiasi.
Data pemetaan yang valid menjadi dasar pemilihan strategi dalam pembelajaran berdiferensiasi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, setidaknya ada 3 strategi, yaitu: 1) diferensiasi konten, konten adalah apa yang akan diajarkan kepada murid; 2) diferensiasi proses, proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa yang dipelajari; 3) diferensiasi produk, produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan murid kepada kita (karangan, pidato, rekaman, diagram) atau sesuatu yang ada wujudnya.
Melalui salah satu dari strategi tersebut, upaya masuk akal seorang guru untuk memberikan model pembelajaran yang berbeda di dalam kelas akan mampu mengakomodir kebutuhan setiap siswa. Rasa dihargai yang akan muncul dalam hati siswa akan menumbuhkan rasa nyaman dan motivasi untuk aktif sehingga potensi tiap siswa mampu tumbuh dan berkembang.
Proses pembelajaran berdiferensiasi inilah perwujudan dari pendidikan yang berpusat pada siswa. Upaya mewujudkan pengakuan dan penghargaan terhadap keberagaman karakteristik dan potensi murid akan mampu menciptakan rasa nyaman dalam proses belajar. Guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak kepada murid dengan segala kreativitasnya akan mampu menuntun segala kodrat murid, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
0 komentar:
Posting Komentar